PAUS DAN PUAS: MISI KEBERAGAMAN DI INDONESIA

Oleh: Deniansyah Damanik, M.H.

PAUS FRANSISKUS

Kedatangan Paus Fransiskus di Indonesia sebagai Pimpinan umat Katolik tidak bisa dilepaskan oleh identitas keberagamaan Indonesia yang menjadi percontohan dunia. Tentu Indonesia tidak dalam keadaan berperang seperti Timur Tengah atau Rusia-Ukraina, oleh karenanya kedatangan Paus ke Indonesia membawa semangat keberagaman yang penuh cinta dan kasih.

Kehadiran Paus Fransiskus membuat umat Kristiani Indonesia merasa senang dan bahagia. Sebagai tokoh agama dunia, kehadirannya menjadi semangat tersendiri bagi pemeluk agama Kristiani. itu artinya nilai-nilai Pancasila di implementasikan, dan tidak ada diskriminasi terhadap tokoh agama lain. Kedatangannya ke Indonesia mendedikasikan diri untuk pentingnya keberagamaan yang harus dijaga antar pemeluk agama yang satu dengan yang lainnya.

Paus dan umat Kristiani tetap bisa menjalankan kepercayaannya, tidak ada penolakan keras bahkan upaya diskriminasi terhadap pribadatan yang dilakukan oleh Paus Fransiskus dan Umat Kristiani di Indonesia. inilah sebenarnya wajah Indonesia yang rukun itu. Paus Fransiskus ke Indonesia membuktikan bahwa bangsa negara ini merupakan bangsa yang pemeluk agamanya tidak melakukan tindakan anarkisme dan radikalisme.

Oleh karena itu, Paus Fransiskus bisa berkunjung dengan nyaman dan tenang ke Indonesia tanpa harus terbebani dengan hal-hal yang menakutkan seperti teror dan ancaman. Kedatangannya juga membawa misi keberagaman umat manusia dan agama. Ini juga merupakan keberhasilan Pemerintah dalam menerapkan moderasi beragama itu.

PUAS

Kita bertanya apakah ada yang tidak Puas ? tentu kunjungan Paus ke Indonesia membuat rasa haus umat Kristiani terasa hilang. ini bahkan lebih dari sekedar orang yang merindu. Misi keberagaman dan perdamaian dunia yang di bawa Paus haruslah menjadikan umat beragama bisa hidup berdampingan di wilayah multikultural.

kepuasaan ini juga disambut oleh tokoh-tokoh agama Islam Indonesia dan tokoh umat agama lainnya. artinya memang tidak perlu diperdebatkan, ini murni merupakan penghormatan kita kepada sesama manusia untuk saling berkasih sayang (marhamah) dan menjaga keberlangsungan hidup manusia. Jadi bukan rasa haus umat Kristiani saja yang hilang, rasa haus umat beragama lainnya juga ikut hilang.

tentu kepuasaan bentuknya relatif, tidak bisa disamakan antara yang satu dengan yang lainnya. ada yang tidak empati, ada juga yang bersimpati. Semuanya tergantung kadar pemahaman manusia itu sendiri, apakah dia cenderung dipengaruhi teologi atau kemanusiaan ? tentu bukan perkara mudah menjembatani benang merah antara keduanya. Praktik Akidah, Ibadah dan Muamalah mempunyai perbedaan tetapi ada kausalitas yang tak terputus antara ketiganya.

Diakhir, pesannya adalah marhamah (kasih sayang), dengan berkasih dan bersayang kita tetap bisa menjaga utuh NKRI ini. Tidak semua Negara Bangsa bisa melakukan ini dengan baik, butuh histori yang sangat panjang. Apakah kamu termasuk golongan yang Puas ?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *