Deniansyah Damanik Ingatkan Jangan Salah Pilih Pesantren ! Banyak Kasus Pencabulan dan Pemerkosaan Terhadap Anak

(Yogyakarta) – Aktifis Anak asal Sumatera Utara tersebut ingatkan pentingnya memilih lembaga pendidikan yang memberikan keamanan dan perlindungan terhadap anak, Rabu (18/01/2023).

Deniansyah menjelaskan bahwa kasus-kasus pencabulan, pelecehan dan pemerkosaan muncul di lembaga pendidikan berbasis Pesantren belakangan ini, sejumlah kasus ditemukan para pengasuh pondok pesantren ataupun pendidik malah melakukan pelanggaran norma. Ada oknum-oknum yang menyalahgunakan kepatuhan para santri wati dengan berkedok agama. Hal ini tentu merugikan Pesantren lainnya yang sudah dipercaya masyarakat selama ini.

“Para korban terkadang merasa takut untuk melaporkan, bahkan terkadang malah dijadikan budak pemuas nafsu. Kita harus selektif memilih lembaga pendidikan yang terbaik untuk anak-anak bangsa, jangan sampai kejahatan terhadap anak semakin menjadi-jadi. Trauma dan kerusakan mental akan berdampak kepada anak, sehingga anak sulit untuk keluar dari rasa ketakutan tersebut.”

“Implementasi UU No. 17 Tahun 2016, UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak dan UU No. 12 Tahun 2022 Tentang Kekerasan Seksual harus berjalan maksimal. Dan hal ini perlu dilakukan monitoring baik dari internal satuan pendidikan pesantren; Kemenag ataupun orang tua maupun dari eksternal para masyarakat maupun lembaga masyarakat. Penegak Hukum jangan kasih ampun terhadap kejahatan pada anak, dan jangan sampai korban pemerkosaan berujung damai.” Tegas Deni.

Sebaiknya memang Santriwati harus diajarkan dan dibimbing oleh Pengasuh/Buk Nyai, jangan diajarkan khusus oleh pengasuh laki-laki. Ataupun dibuat sistem pembelajaran yang maslahat dan menjauhkan dari kemudarotan. Hal ini untuk menghindari mafsadah yang besar.

efek pornografi, gairah seksual yang tidak terkontrol, membuat para oknum-oknum tertentu merusak para santriwati dan akhirnya mencedrai satuan pendidikan berbasis pesantren. “Jangan gegara satu pesantren, semua kenak getahnya.” Pungkas aktifis anak tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *