Marahalim Harahap:”Shalawat Badar adalah Warisan yang Wajib Kita Jaga”

(Banyuwangi) Shalawat Badar yang diciptakan KH Ali Manshur Shiddiq tahun 1962 di Banyuwangi secara resmi telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTBI), tertuang dalam sertifikat Nomor 2194/F4/KB.08.06/2022 tertanggal 21 Oktober 2022 yang dikeluarkan dan ditandatangani Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI, Nadiem Anwar Makarim. Demikian disampaikan Ketua PWNU Sumut H. Marahalim Harahap ketika menghadiri penyerahan sertifikat penghargaan dari PBNU bersama rombongan PBNU di Banyuwangi (09-01-2023).

“Hari ini menjadi terang benderang, bahwa Shalawat Badar yang diciptakan oleh KH. Ali Manshur Shiddiq resmi menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Nahdlatul Ulama,” ungkap Marahalim.

Pada penyerahan sertifikat oleh Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf, NU telah memberikan penghargaan tertinggi untuk menjamin kepastian penciptaan sekaligus bentuk pengakuan negara pada karya kiai Nahdlatul Ulama ini.

“Dalam prosesnya, pemerintah telah membentuk tim penelusuran sejarah penciptaan Shalawat Badar yang melibatkan pihak keluarga dan ahli waris, akademisi, pemerintah dan juga media,” jelasnya.

H. Marahalim merasa takjub dan berbahagia ikut dalam penyerahan sertifikat penghargaan PBNU tersebut. “Tentu saja kita semua warga NU wajib menyampaikan terima kasih kepada alm. KH. Ali Manshur sebagai tokoh pergerakan NU. Beliau sendiir pernah menjadi salah satu wakil partai NU di Dewan Konstituante yang dibubarkan Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959, karena gagal bersepakat merumuskan konstitusi negara, dan kembali ke UUD 1945,” terangnya.

Kemudian beliau menambahkan bahwa dahulu dalam situasi negara di ambang perpecahan dan menguatnya Partai Komunisme Indonesia kurun 1959-1965, KH Ali Manshur yang saat itu menjabat Ketua PCNU Banyuwangi menciptakan Shalawat Badar untuk keselamatan Indonesia.

“Alhamdulillah di sini di Banyuwangi ini merupakan tempat lahirnya Sholawat Badar dan telah menjadi bagian dan ciri khas warga Nahdliyin,” imbuhnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *