PW RMI (Rabithah Maahid Islamiyah) NU Sumut Mengikuti Rakernas RMI PBNU Di Tanggerang Selatan

Foto Rakernas Rabithah Maahid Islamiyah PBNU

Pengurus Wilayah Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) Sumatera Utara menghadiri Rakernas Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) PBNU Tingkat Nasional pada tanggal 10-12 Oktober 2022 di Serpong, Tanggerang Selatan, Rabu (12/10/2022).

Kegiatan tersebut turut dibuka oleh KH. Hasib Wahab Chasbullah sebagai ketua PBNU, hal ini merupakan Rakernas perdana pada masa Pengurus Pusat Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) PBNU masa khidmah 2022-2027, serta dihadiri oleh Pengurus Wilayah Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) seluruh Indonesia. Adapun total peserta 57 orang dengan kalkulasi 42 orang dari 25 Pengurus Wilayah dan 15 orang dari Pengurus Pusat.

Rakernas RMI PBNU mengusung tema ‘’Merawat dan Mengembangkan Pesantren Sebagai Basis Pendidikan Islam Untuk Kemajuan Bangsa,’’ tentu tema ini dipilih agar pendidikan Nahdlatul Ulama tetap memberikan dedikasi dan kontribusi terhadap kemajuan bangsa dan Negara. Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh KH. Yahya Cholil Staquf selaku Ketua Umum PBNU dan jajaran Wakil Ketua Umum KH. Zulfa Musthofa dan KH. Nusron Wahid.

Pada acara Rakernas KH. Yahya Cholil Staquf turut memberikan arahan yaitu: RMI harus mampu merumuskan sistem kebijakan atau standar mutu nasional pondok pesantren NU dengan tetap menjaga soliditas akademik dalam menjaga kualitas lulusan, sehingga para lulusan dan pesantren tetap mampu menjalankan fungsi pendidikan, mengembangkan strategi dakwah serta menjalankan pemberdayaan masyarakat. Disamping itu beliau meminta RMI melakukan identifikasi sumber sanad keilmuan yang muttasil (bersambung) dan membuat kerangka dasar fasilitasi program dalam menjaga mata rantai atau sanad keilmuan yang menjadi kekuatan pondok pesantren.

‘’Sofistikasi (pematangan) kelembagaan pesantren sangat diperlukan untuk dua tujuan, yaitu kepentingan menjaga warisan salaf dari sisi akademik dalam rangka menjaga aspek spiritual, dan sofistikasi (pematangan) kelembagaan yang didasarkan pada perubahan zaman dengan adanya tren pengembangan akademik di pesantren,’’ Ujar KH. Yahya Cholil Staquf.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *