JANGAN ASAL-ASALAN CANTUMKAN NAMA CALON PENGURUS PWNU SUMUT
Konferensi Wilayah NU Sumut baru saja berjalan baik, sukses, lancar, aman, damai dan tentram. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Asrama Haji Medan, kamis-sabtu 8-10/9/2022.
Acara tersebut merupakan acara lima tahun sekali dan merupakan ajang yang besar bagi NU Sumatera Utara, mengingat Konferensi itu memilih Rois Syuriah dan Ketua PWNU Sumut yang baru.
Pemilihan Rois PWNU Sumut dilakukan dengan proses Ahwa dengan terdiri dari 7 orang yaitu KH. Bahauddin Nasution, KH.Khairuddin Hasibuan, KH. Amir Panatagama, KH. Abdul Halim Lubis, KH. Syekh Kusoi Lubis, KH. Tahan Siregar, KH. Abdul Hadi dan terpilihlah KH. Bahauddin Nasution. Sedangkan Ketua Tanfidz, terpilih H. Marahalim Harahap, M.Hum secara musyawarah mufakat, yang keduanya akan memimpin PWNU Sumut masa khidmah 2022-2027.
Terpilihnya H. Marahalim Harahap, M.Hum merupakan hasil musyawarah mufakat para ketua PCNU Kabupaten/Kota Se-Sumatera Utara untuk mengangkat Marahalim Harahap, M.Hum menahkodai ketua PWNU Sumut masa khidmah 2022-2027. Begitu juga dengan Rois Syuriah yang terpilih KH. Bahauddin Nasution juga menyetujui hasil musyawarah mufakat bahwa Marahalim Harahap yang akan memimpin ketua NU Sumut kedepannya.
Pasca terpilih, Marahalim Harahap menyampaikan ucapan ribuan terima kasih kepada semua peserta Konferwil yang sudah mensukseskan acara tersebut. Dalam sambutannya Marahalim mengungkapkan bahwa mulai hari ini kita harus benahi Pengurus Cabang NU se-Sumatera Utara untuk bisa naik kelas ke level A. Dan memberikan kontribusi yang nyata akan kehadiran NU Sumut terhadap agama, bangsa dan Negara. Tentu juga harus ada kerjasama yang baik dan saling bersinergi antara Pengurus Wilayah dengan Pengurus Cabang.
Sebagai mandataris Ketua PWNU Sumut masa khidmah 2022-2027, H. Marahalim Harahap,M.Hum berharap agar NU Sumut juga bisa mengikuti sesuai dengan harapan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yaitu menjadi NU Percontohan, merespons hal itu Marahalim Harahap melakukan upaya komunikasi silaturahim internal dengan pengurus PWNU Sumut yang sudah demisioner, mendengarkan arahan, berkonsultasi, mendiskusikan program kerja hingga berusaha menyusun kepengurusan PWNU Sumut masa khidmah 2022-2027 yang bukan hanya kuantitas akan tetapi juga berintegritas, Militant dan juga berkualitas.
Pengurus PWNU Sumut juga mengharapkan Tim Penyusunan Formatur terpilih dalam menyusun calon kepengurusan tidak hanya sekedar menumpang nama di SK kepengurusan, akan tetapi siap berdedikasi dan berkontribusi terhadap kemajuan NU Sumatera Utara. Nantinya tindakan resufle juga akan kita lakukan dalam beberapa bulan dengan melakukan evaluasi melihat mana kepengurusan yang siap, loyal, militant, berdedikasi (berkhidmat) untuk memajukan NU Sumut sesuai dengan keahliannya. Jadi tidak boleh asal catut nama demi kepentingan bersama, dia harus berkontribusi lebih terhadap kemajuan Nahdlatul Ulama.’’Tutur Marahalim.’’
Seperti halnya para Katib beserta wakilnya haruslah orang-orang yang memang ahli dalam penguasaan kitab kuning (turost), jangan sampai Katib yang memiliki peran mendampingi para ulama Nahdlatul Ulama tidak mempunyai kemampuan menguasai kitab kuning. Hal ini juga senada dengan pesan moral Rasulullah ‘’idza usnidal amru ila ghoyri ahlihi fantadzir sa’ah’’ jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancuran. Begitu juga nantinya dengan kepengurusan yang lain, seperti halnya Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara serta anggota bidang sesuai tupoksinya (tugas pokok dan fungsi).
Perkembangan zaman saat sekarang ini menuntut kita harus memiliki kepengurusan yang juga mengikuti terhadap kemajuan tekhnologi informasi (digitalisasi) serta juga perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan begitu kepengurusan akan menjadi kuat dan berbagai ide maupun inovasi muncul untuk memajukan NU Sumut dari kepengurusan masa khidmah 2022-2027. Kombinasi kader ataupun tokoh senior-junior dalam tubuh kepengurusan PWNU Sumut nantinya akan membawa keseimbangan dan pengurus yang solid di dalamnya.
Di samping itu juga marilah kita berkhidmat untuk NU tanpa mengenal waktu dan keadaan serta tanpa tergantung dengan SK, karena pendiri NU KH. Hasyim Asy’ari pernah menyatakan bahwa siapa yang mau mengurusi NU saya anggap jadi santriku. Dan siapa yang jadi santriku, saya doakan husnul khatimah sekeluarganya.’’Ujar Marahalim.’’